On Sabtu, 06 November 2010 0 komentar




A short story by Mega Rosita Kartika
Theme : social
Date : 11/10/10
Dedicate to : All my friends “don’t be afraid, god have more away for you”
Cerpen yang terinspirasi dari satu lirik lagu favorit saya. Lagu milik Last Child with Diary Depresiku. Lagu yang bener2 oke. I LOVE LAST CHILD

I’ll be Okay
(Inspired by Last Child, Diary Depresiku Lyric)

“Arrrkkk…!” erangku kesakitan saat darah mengucur deras.
Aku sengaja menggores lenganku lebar-lebar dengan silet. Mencoba menahan perih dari darah yang sudah banyak keluar dari kulit lenganku. Sakit, tetapi cuma itu yang bisa aku lakukan agar rasa laparku hilang. Aku Dio, anak jalanan. Tidak bersekolah, karena uang tidak ada. Dan hari ini pun, aku hanya mendapatkan seribu rupiah dari hasil mengamenku. Sudah jelas, uang itu tidak akan cukup untuk membeli nasi di warung. Lebih baik, uang seribu rupiah itu, aku berikan kepada anak-anak kecil yang juga sudah berusaha mencari uang sama sepertiku. Tetapi tidak dapat.
“Yo, cari minum yuk!” Ajak Iman temanku senasib dan seperjuangan.
“Nggak ah. Lagi nggak ada duit. “ jawabku sambil membersihkan darah di sekitar tanganku.
“Utang dulu di warung. Biasanya juga begitu..” balas Iman lagi.
Kami memang biasa meminum minuman keras kalau kami ingin senang. Cara yang gila. Tetapi, cuma itu obat bahagia kami. Jujur saja, hidup seperti ini memang serba repot. Tapi, mengeluh bukan jalan penyelesaian yang baik. Meski aku anak jalanan. Aku juga punya hak untuk bahagia. Bagaimana pun jalannya.
Setiap kali aku berpapasan dengan anak sekolah, aku jadi sadar siapa aku. Anak jalanan yang juga punya mimpi hidup sempurna. Makan bisa tanpa hutang, kenyang tanpa harus mengamen dan dicaci maki orang dulu.
Orang tuaku bercerai enam tahun lalu. Itu adalah awal aku memulai kehidupanku yang sesungguhnya. Aku pilih opsi hidup di jalanan. Daripada hidup di tengah-tengah orang yang hanya peduli dengan uang. Sementara, anaknya sudah makan atau belum, sudah belajar atau belum, sudah bisa mengerjakan PR apa belum, mereka tidak pernah ingin tahu. Kalau seperti itu jalan ceritanya, aku mengira tidak ada bedanya hidup di rumah atau dijalan. Kalau boleh jujur, mohon maafkan aku Tuhan, terkadang aku menyesal dilahirkan oleh mereka yang hanya memedulikan meteri daripada kebahagiaanku. Aku juga ingin diperhatikan oleh mereka. Tetapi, aku terus coba untuk lupakan penyesalan itu. Agar aku tidak setengah-setengah menjalani semua ini. Aku percaya, Tuhan tidak akan menutup matanya untuk semua usahaku. Belajar menerima ini.
*****
3 tahun kemudian..
“Sukses !” teriakku sambil bersujud dilantai.
“Terima kasih Tuhan, terima kasih..” seruku lagi didalam sujud.
Satu pelajaran lagi. Hidup dijalan ternyata sama seperti sekolah. Bedanya, kalau di sekolah, mereka belajar berdasarkan kurikulum. Kalau di jalan, aku belajar berdasarkan kenyataan,cobaan dan pengalaman. Tapi aku bersyukur, karena belajar di jalanan. Aku pernah belajar merasakan dicaci maki orang, sekaligus cara bersabar menghadapinya. Aku pernah belajar menahan lapar, belajar melihat kehidupan teman-teman disekitarku. Dari situ, aku menciptakan banyak syair. Syair itu aku jadikan lagu, dan lagu-lagu itu bukan hanya membawa aku pada keberhasilan. Tetapi, lagu-lagu itu punya cerita. Tentang aku dan teman-teman yang pernah hidup sulit. Tetapi, akhirnya terpecahkan juga. Berkat Tuhan juga pasti.

Kita Mengarungi Alam

Pena Untuk Saya ....


ShoutMix chat widget

Musik Si Bebek

InfoNarsisSaya.com

dari saya sekian terima kasih :)